![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIklRf8h9u48sn2WGtV-GDbmdQ0iNHtiRiGuC9RddXabosWz2eSnKFDPpapLQMGaiyLlcGZ9U8dysGTcVSqwH7pGxDCPg4ErRxu3XXVV4L2UYfeEQtpweyufup9Flfb6qpB84qMZ3hAc4/s320/mekah.jpeg)
Nama Bedulan atau sering juga disebut Suranenggala mengandung makna berani karena senjata. kata Suranenggala berasal dari dua kata, yaitu Sura yang berarti berani dan nenggala yang artinya senjata. Jadi Suranenggala berarti wani ing dalem gegaman ( berani karena didasari senjata). Karena pendiri dan warga Bedulan / Suranenggala ini muslim maka sebagai muslim senjatanya adalah Doa, jadi sebenarnya masayarakat Suranenggala/ Bedulan itu harus berani karena punya senjata do'a. Bukankah senjata hidup muslim yang paling ampuh itu adalah do'a. namun ada beberapa warga Suranenggala yang masih salah menafsirkan arti Suranenggala itu. Di benak mereka senjata adalah clurit, parang dan senjata tajam lainnya.
Daerah Suranenggala/ Bedulan yang meliputi Desa Suranenggala, Desa Suranenggala Lor, Desa Suranenggala Kidul dan Desa Suranenggala Kulon ini didirikan oleh sepasang suami istri murid Mbah Kuwuh Cerbon. Kedua insan ini adalah Nyi Mas baduran dan Ki Gede Suranenggala.
Sebelum Ki Gede Suranenggala mempersunting Nyi Mas Baduran, Ki Gede Suranenggala harus berjuang memperebutkannya dalam sayembara adu jurit/ adu tanding dengan kesaktian melawan Nyi Mas Baduran yang selain cantik rupanya juga punya kesaktian. Sudah menjadi tradisi wong Cerbon zaman dulu, bila ada wanoja/ wanita cantik dan sakti yang akan dinikahkan, maka calon suaminya harus bisa mengalahkan dirinya terlebih dahulu.
Karena Nyi Mas Baduran adalah salah satu muridnya yang sakti dan berparas rupawan, maka Mbah Kuwu Cerbon menggelar sayembara aduh kesaktian tersebut. Dari sekian banyak gegeden/ Ki Gede yang mengikuti sayembara, hanya Ki Gede Suranenggala yang mampu mengalahkan kesaktian Nyi Mas Baduran. tentu saja setelah melalui perang tanding yang seruh dan memakan waktu lama.
Setelah resmi dinikahkan oleh Mbah Kuwu Cerbon, nyi Mas Baduran dibawa/ diboyong oleh suaminya ke pedukuhan yang terletak di sebelah utara Pedukuhan Celancang. Dari hasil pernikahannya tyersebut, Nyi Mas Baduran dan Ki Gede Suranenggala dikarunai seorang putri yang bernama Dewi Pulunggana.
Sama seperti ibunya, Dewi Pulunggana, selain berwajah cantik juga terkenal pilih tanding dan diksura (sakti mandraguna). Kesaktian Dewi Pulunggana ini pernah dimanfaatkan untuk menyelamatkan rakyat Pedukuhan Cirebon dari penggebuk/ bencana penyakit yang dilancarkan oleh seorang gegeden asal Pedukuhan jungbang, yang bernama Ki Saraglanang. Ki Saraglanang tidak senang akan syiar Islam di pedukuhannya. peristiwa ini terjadi ketika Pedukuhan Cerbon belum genap sewindu menjadi kesultanan Cerbon. banyak penduduk Kesultanan Cerbon yang ,meninggal dunia akibat wabah penyakit yang mematikan itu.
Untuk menghentikan perbuatan Ki Saraglanang ini, Kanjeng Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Kesultanan Cerbon segera mengutus Dewi Pulunggana untuk menaklukakkannya.
Setelah dinasehati secara baik-baik agar menghentikan perbuatannya yang menyusahkan rakyat banyak itu tidak diacuhkan oleh Ki Saraglanang, maka jalan terakhir yang ditempuh Dewi Pulunggana adalah adu Kesakten. Di akhir pertarungan tersebut, Ki Saraglanang dapat dilumpuhkan dan masyarakat Cerbon pun kembali sehat seperti sedia kala.
Sebagai wanita cantik, tentu saja banyak lelaki atau Ki Gede yang berhasrat mempersunting dirinya sebagai istri. Dewi Pulunggana mau mengakhiri masa lajangnya apabila para gegeden sanggup memenuhi persyaratan yang diajukannya. Calon suaminya itu harus bisa menanam pohon beringin sebelum sehari sudah berbuah. Memang banyak Ki Gede yang kepincut dengan kecantikan Dewi Pulunggana mencoba menjajalnya, tapi tak satu pun yang berhasil. Kecuali seorang pemuda yang bernama Raden Johar.
Dengan disaksikan oleh Kanjeng Sunan Gunung Jati dan para gegeden Raden johar berhasil menanam pohon beringin yang sebelum sehari sudah berbuah. Karena penasaran dengan kesaktian Raden Johar, Dewi Pulunggana menantangnya beradu tanding. Ternyata Dewi Pulunggana harus mengakui kehebatan ilmu yang dimiliki oleh Raden Johar. Dewi Pulunggana pun bersedia jadi pendamping hidup Raden Johar. Pernikahan kedua insan yang sama-sama sakti dan telah terpikat tali tresno ini dilaksanakan di Keraton Kesultanan Cerbon. Setelah resmi menikah dengan Dewi Pulunggana, Raden Johar diangkat menjadi Patih Agung Kesultanan Cerbon oleh Kanjeng Sunan Gunung jati yang kemudian bergelar Ki Pati Waringin.
Kini makan Ki Patih Waringin dapat kita jumpai di Desa Suranenggala Kidul Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon, sedangkan nama Ki Gede Suranenggala diabadikan oleh warga setempat menjadi nama desanya (Darkina Indrawijaya)
Bangga Saya Jadi Warga Beduland...
BalasHapusSaya bangga jd orang book senin desa suranenggala
BalasHapus
BalasHapussalam kenal dari kami, info yang sangat bermanfaat ,mau tau lebih banyak silahkan kunjungi
TOA Jogja,
TOA Jogja
Sirine, dan
Batu Permata
Isun bangga dadi wong bedulan walau meranto ado ning kalimantan tp atine msh ning bedulan....
BalasHapusIsun robi meneng ning sintang kalbar tp asli kelahiran suranenggala bedulan crb bangga dadi wong bedulan...
BalasHapusIsun robi meneng ning sintang kalbar tp asli kelahiran suranenggala bedulan crb bangga dadi wong bedulan...
BalasHapusIsun robi meneng ning sintang kalbar tp asli kelahiran suranenggala bedulan crb bangga dadi wong bedulan...
BalasHapusWong dewek
HapusCeritanya kurang komplit bos.
BalasHapusCeritanya kurang komplit bos.
BalasHapuskalau ada tambahan sejarah tentang bedulan, atau dan ki gede ki Gede di wilayah Bedulan dan sekitarnya bisa di upload
Hapusbagus banget
BalasHapusSemoga rakyat bedulan makmur dengan masyarakatnya , selalu bersolidaritas tinggi ,dan selalu Joss dalam menghadapi masalah
BalasHapusMajuuuuuu terus wong bedulan. Ajo kalo ng tetangga desa.
BalasHapussaya bangga jadi warga Indonesia
BalasHapus